Sabtu, 21 Mei 2011

Permen Ajaib


Cerita Anak Karya Ibu Ernika Sondang SHS
“Nilai ulangan Matematikamu jelek lagi, Bon?” tanya Pak Agus pada salah seorang siswanya yang bernama Bono.
“Ya, Pak. Maaf, saya ini memang bodoh,”jawab Bono memelas.
Sebenarnya kamu tidak bodoh kok Bon. Hanya kamu perlu giat belajar!
“He ..He ..He, Iya Pak, jawab Bono lagi sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.
Mau tak mau melihat tingkah lucu anak didiknya yang satu itu, Pak Agus menjadi tersenyum geli. Hilanglah rasa jengkel pada si gendut Bon-Bon.
“Kamu di rumah belajar tidak sih, Bon? Bapak lihat PR kamu selalu dikerjakan dengan baik. Tetapi setiap ulangan nilai kamu selalu jelek begini? Ingat, Bon. Tahun kemarin kamu sudah tidak naik kelas. Jangan sampai tahun ajaran kali ini pun kamu harus tinggal kelas, “ kata Pak Agus mencoba mengingatkan dan memberi nasihat.
Bono masih mengaruk-garuk kepalanya. “Padahal saya selalu belajar, Pak. Kalau tidak belajar nanti saya dimarahi ibu. Biasanya setiap mengerjakan PR, saya selalu dibantu ibu. Sedangkan kalau ulangan tidak ada yang membantu. Jadi, hasilnya pasti jelek, deh,” ucap Bono polos.
Kali ini Pak Agus hanya bisa geleng-geleng kepala. Menurut pengamatan Pak Agus—selaku wali kelasnya Bono, anak tambun itu tidak terlalu bodoh. Bahkan Bono tergolong siswa yang baik dan patuh pada peraturan sekolah. Ia rajin berangkat ke sekolah, tanpa pernah terlambat sekalipun. Ia rutin mengerjakan PR. Ia juga tekun mengikuti setiap pelajaran di kelas. Buku catatannya pun rapi serta lengkap.
Pak Agus menjadi bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Penyebab apakah yang menjadikan Bono selalu memperoleh nilai jelek setiap kali ulangan? Untuk itulah Pak Agus ingin bertemu dengan orang tua Bono.
“Bapak ingin sekali bertemu dengan orang tuamu. Tolong sampaikan kepada ibumu bahwa besok bapak menunggu kedatangan ibumu di sekolah. Jangan lupa ya, Bon, pesan bapak ini. Ya..sudah kamu boleh kembali ke kelas.”
Bono mengangguk tanda mengerti. Ia lalu bergegas kembali ke ruang kelasnya untuk mengikuti pelajaran berikutnya.
Keesokan harinya Ibunya Bono datang ke sekolah menemui Pak Agus. Setelah berbincang banyak hal tentang diri Bono, barulah Pak Agus dapat menerka-nerka faktor penyebab gagalnya Bono memperoleh nilai bagus setiap kali ulangan.
Menurut penjelasan yang diutarakan Ibunya Bono, selama ini Bono paling sulit untuk belajar. Sudah berbagai cara digunakan untuk membujuk Bono agar rajin belajar. Akan tetapi, hasilnya nihil.
Bono hanya mau belajar kalau ada PR. Itu pun harus dibantu oleh ibunya. Biasanya jika ayahnya yang dinas di luar kota sedang berada di rumah, barulah Bono mau belajar. Itu pun terpaksa ia lakukan karena takut pada sang ayah.
Sebenarnya setiap kali ada ulangan Bono mau saja belajar. Namun, niatnya itu selalu kalah dengan rasa ngantuknya yang luar biasa besar. Setiap kali berniat belajar, belum apa-apa ia sudah tertidur pulas di meja belajarnya. Keesokan harinya di sekolah ia tidak bisa mengerjakan soal-soal ulangannya dengan baik.
Pada suatu siang seusai istirahat kedua, Pak Agus memanggil Bono ke ruangannya. Pak Agus menghadiahkan Bono sebungkus permen karet beraneka rasa.
“Bon, ini permen ajaib. Bapak mendapatkannya dari seorang kakek sakti yang baru saja turun gunung. Permen ini bisa membuat kamu pintar dan naik ke kelas VI dengan mudah,” ucap Pak Agus penuh keyakinan.
Bono nampak ternganga dengan raut wajah berbinar.
“Wah, nilai ulangan saya tidak akan jelek lagi kan Pak dan saya akan menjadi anak yang pintar,” ucap Bono penuh semangat.
“Eit, tapi ada syarat yang harus kamu penuhi. Menurut kakek sakti itu, permen karet ini baru bisa berkhasiat apabila kamu mengunyahnya sambil membaca-baca buku pelajaranmu atau kamu membaca lagi materi pelajaran yang ada dalam buku catatanmu. Kamu pelajari semua yang sudah diterangkan bapak dan ibu guru kamu di kelas.”
“Hanya membaca saja kan Pak. Baik nanti akan saya coba praktikan. Terima-kasih banyak ya, Pak!” Buru-buru Bono berlalu dari hadapan Pak Agus sambil menenteng bungkusan permen itu dengan hati riang.
Orang tua Bono, khususnya sang ibu sangat kaget luar biasa mendapati perubahan yang terjadi pada anak semata wayangnya akhir-akhir ini. Kini Bono betah berlama-lama di meja belajarnya. Biasanya kalau tidak tidur, Bono lebih suka menonton televisi daripada belajar.
Bono tidak lagi mengantuk saat membaca buku pelajaran maupun buku catatannya. Ia menjadi terbiasa belajar setiap sorenya sembari mengunyah permen karet  ajaibnya itu.
Demikian pula halnya dengan Pak agus. Guru muda itu setiap seminggu sekali selalu datang ke mini market yang letaknya tidak jauh dari rumah kontrakannya untuk membeli sebungkus permen karet dengan merk yang sama.
Toh, pemilik mini market ini adalah seorang kakek juga. Jadi, Pak Agus merasa agak lega karena tidak terlalu banyak membohongi Bono.
Alhasil, sejak adanya permen ajaib itu, nilai-nilai ulangan Bono mulai ada peningkatan. Bahkan tak jarang nilai yang dicapai Bono bisa mengungguli teman-teman sekelasnya.
Akhirnya tahun ajaran ini Bono naik kelas dengan nilai yang sangat memuaskan. Bahkan ia masuk nominasi siswa berperingkat sepuluh besar. Semuanya ini benar-benar berkat permen ajaib itu. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar