Sabtu, 21 Mei 2011

PENINGKATAN KINERJA KADER KORPRI MELALUI PELAYANAN PRIMA BERBASIS IQ, EQ, DAN SQ Oleh : Aslis Wantoaji


MERAIH JUARA 2 LOMBA KTI KORPRI TINGKAT KOTA PKL 2008

Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan kader KORPRI yang mengemban tugas sebagai abdi masyarakat dan berkedudukan sebagai aparatur negara. PNS mempunyai peran yang amat penting dalam rangka menciptakan masyarakat madani, yang taat hukum, berperadaban, modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi. Untuk itulah PNS dituntut dapat menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan UUD 1945 sehingga tercipta tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
Kinerja PNS sebagai  aparatur negara dan abdi masyarakat banyak diragukan oleh masyarakat. Persepsi PNS yang terlanjur disematkan masyarakat adalah persepsi yang cenderung negatif. PNS dianggap belum optimal dalam menjalankan tugasnya. Banyak pelanggaran dan penyalahgunaan jabatan yang dilakukan PNS dalam lingkungan kerja kesehariannya. Seperti kelalaian menjalankan tugas, adanya praktik KKN (Korupsi, Kolusi, Napotisme), sampai ke tindakan kriminal serta asusila yang marak mewarnai dunia PNS Indonesia.
Realita yang terpapar di atas menunjukkan betapa lemahnya sikap keprofesionalan PNS dalam mengemban tugas negara, terlebih sebagai kader pembangunan. Meskipun reformasi telah bergulir dan pergantian pemerintah selalu disertai dengan upaya pembenahan tetapi citra buruk PNS masih saja  melekat di benak publik (www.kompas.com/Kompas Cetak/0504/Polhum).
Pada saat ini masyarakat masih memandang pelayanan yang diberikan PNS masih kurang maksimal. Asumsi ini dilatar belakangi dengan adanya realita bahwa kinerja dan etos kerja PNS dalam melayani belum memenuhi harapan masyarakat. Padahal PNS sebagai anggota KORPRI telah bersepakat dalam Munas V KORPRI yang diselenggarakan tanggal 17 Februari 1999 yang menghasilkan KORPRI Paradigma Baru yang Profesional, Netral, dan Sejahtera. Bukan lagi KORPRI era masa lalu yang berparadigma sebagai alat politik suatu golongan di pemerintahan yang saat itu berkuasa mutlak.
Paradigma Baru KORPRI terbukti telah berhasil memperjuangkan aspirasi dan hak-hak anggotanya dengan adanya peningkatan kesejahteraan anggotanya agar dapat hidup lebih layak. Adanya kenaikan gaji, kenaikan tunjangan, pemberian gaji ke-13 sebagai pengganti THR, maupun peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit, dan lainnya yang beberapa tahun ini telah terwujud dan dirasakan oleh PNS merupakan bukti nyata perjuangan yang diraih KORPRI yang sekarang ini (Drs. Mujiyono dalam setjen.esdm.go.2006).
Ironis sekali apabila semua kemajuan kesejahteraan yang diperoleh kader-kader KORPRI tersebut tidak diimbangi dengan kinerja mereka sebagai abdi masyarakat yang seharusnya dapat memberikan pelayanan yang terbaik. Alangkah tidak tahu dirinya kader-kader KORPRI yang masih mempertahankan paradigma lama mereka yang ogah-ogahan untuk bekerja sesuai dengan beban tugas di bidang keahlian masing-masing.
Persaingan di dunia kerja yang semakin padat dan terbatasnya lapangan pekerjaan di negeri ini menyebabkan sulit berkembangnya tingkatan taraf hidup masyarakat. Membludaknya angka pengangguran semakin memperburuk citra perekonomian bangsa yang semakin carut-marut. Sudah selayaknya PNS  melakukan koreksi diri dengan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan kewajibannya. Mengingat profesi yang mereka emban itu adalah profesi yang cukup terpandang dan diidamkan sebagian besar masyarakat, lebih-lebih imbalan yang diperoleh dapat dikatakan sudah selayaknya.
Untuk itulah PNS dituntut mampu meningkatkan kinerja mereka dengan memberikan pelayanan terbaik. Pelayanan yang terbaik yang dilakukan adalah pelayanan yang sesuai dengan Paradigma Baru KORPRI yang Profesional, Netral, dan Sejahtera. Melalui pelayanan prima berbasis IQ, EQ, dan SQ diharapakan para kader KORPRI dapat meningkatkan kinerja mereka secara signifikan.
        1.    Pelayanan Prima
                                Pelayanan prima merupakan  terjemahan dari istilah Excellent Service yang secara harafiah berarti pelayanan yang sangat baik dan atau pelayanan yang terbaik. Disebut sangat baik atau terbaik karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki oleh instansi yang memberikan pelayanan. Apabila instansi pelayanan belum memiliki standar pelayanan, maka pelayanan disebut sangat baik atau terbaik atau akan menjadi prima manakala dapat atau mampu memuaskan pihak yang dilayani (pelanggan). Jadi, pelayanan prima dalam hal ini sesuai dengan harapan pelanggan.
                                Tentunya agar keprimaan suatu pelayanan dapat terukur, bagi instansi pemberi pelayanan yang belum memiliki standar pelayanan, maka perlu membuat standar pelayanan prima sesuai dengan tugas dan fungsinya (Sutopo dan Suryanto dalam bukunya Pelayanan Prima, 2006 : 9).
                                Pelayanan prima dapat juga dikategorikan sebagai pelayanan atau bantuan atau jasa yang dibutuhkan dan diberikan secara profesional dengan kualitas unggul.
        2. Pelayanan Prima Berbasis IQ
Pelayanan prima berbasis IQ (Intelegence Quotient) merupakan pelayanan terbaik yang didasarkan pada kecerdasanan rasional atau secara akademik, meliputi kemampuan verbal, matematis, spesial, dan logika. Pelayanan jenis ini relatif mudah terukur dan cenderung permanen. Adapun ciri pelayanan berbasis IQ ini adalah rasional dan logis, kreatif/inovatif, adanya perbaikan secara berkesinambungan, minim kesalahan, skala prioritas yang tinggi, berwawasan, terencana, dan tingginya tingkat kerja.
Pelayanan berbasis IQ yang diberikan PNS ini berorientasi pada tingkatan pendidikan, kecakapan, dan keterampilan yang sesuai bidang tempat ia bertugas. Dalan hal ini PNS harus kompeten dalam memberikan pelayanan terbaiknya supaya memenuhi ranah profesional dalam Paradigma Baru KORPRI. 
3.    Pelayanan Berbasis EQ
                                EQ merupakan singkatan dari Emotional Quetiont atau Emotional Intelegensi yang berarti kecerdasan emosi, meliputi perasaan. EQ merupakan kemampuan untuk mengenali, membedakan, memahami perasaan diri sendiri dan orang lain agar mampu bertindak secara tepat sesuai dengan situasi dalam rangka membina hubungan dengan orang lain.
                                Dalam memberikan pelayanan yang berbasis EQ ini perlu adanya kemampuan dalam memahami pelanggan, menggali keinginan/kebutuhan pelanggan, dan memenuhi apa yang dibutuhkan pelanggan secara ikhlas, tidak dalam perasaan terpaksa. PNS yang memberikan pelayanan berbasis EQ ini diharapkan dapat melakukannya dengan sepenuh hati.
Sebagai kader KORPRI yang memiliki hati nurani dituntut mampu melayani dengan bentuk pemahaman yang tinggi terhadap apa yang dirasa dan dibutuhkan pelanggan, sekaligus mampu menjalankan prosedur dengan sentuhan-sentuhan manusiawi (yang tidak bisa diberikan oleh teknologi), seperti sikap antusiasme, sopan santun, senyuman, perhatian, serta menyampaikan pujian yang tulus.
Kinerja PNS dapat dijembatani secara manusiawi melalui pelayanan prima berbasis EQ ini. Meskipun PNS itu mencukupi dalam hal tingkatan pendidikan dan kecakapan, ia tidak bisa menjalankan tugasnya dengan sepenuh hati, ia layak disebut robot-robot negara yang cerdas, canggih, tapi tak punya hati. Pelayanan jenis ini berkaitan erat dengan ranah netral yang menuntut PNS dapat memberikan pelayanan terbaiknya tanpa melihat strata sosial, tidak diskriminatif, dalam suasana hati yang bagaimanapun harus bisa menempatkan keprofesionalan kerja, pengendalian diri/emosi, dan dapat bersikap adil.
4.    Pelayanan Prima Berbasis SQ
                                SQ singkatan dari Spritual Quetiont atau Spiritual Intellegence yang berarti kecerdasan spiritual. SQ dimaksudkan sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai. Keberhasilan manajemen SQ berupa kemampuan menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks yang lebih luas/kaya. 
                                Apabila PNS telah dapat memberikan pelayanan terbaiknya yang berbasis SQ maka ia telah memiliki sikap bathin yang kokoh, yang berpegang teguh pada nilai-nilai keagamaan yang dianutnya. Pelayanan prima berbasis SQ sangat menyadari bahwa imbalan adalah  berasal dari prestasi. PNS telah menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya kemudian ia mendapatkan haknya berupa gaji.
Pelayanan Prima berbasis SQ ini berkaitan dengan penerimaan kesejahteraan yang layak bagi PNS yang telah menjalankan tugasnya dengan baik. Hal ini berhubungan dengan ranah sejahtera dalam Pardigma Baru KORPRI.
                                Melalui ketiga manajemen IQ, EQ, SQ yang, diharapkan PNS sebagai kader KORPRI memiliki keseimbangan yang mantap baik dalam hal kemampuan akal, emosi, dan spritual. Pelayanan yang diberikan pun akan lebih bermakna sesuai dengan Paradigma Baru KORPRI yang profesional, Netral, dan Sejahtera.
Profesional artinya anggota KORPRI harus menguasai bidang tugas atas dasar keterampilan dan ilmu pengetahuan yang terkait, serta bekerja sesuai peraturan perundangan dan nilai-nilai moral. Netral dimaksudkan anggota KORPRI tidak memihak pada salah satu kelompok partai politik  tertentu, menggunakan hak sesuai hati nuraninya dalam pemilihan umum dan tidak diskriminatif di dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Adapun sejahtera dimaksudkan bahwa anggota KORPRI memperoleh imbalan yang pantas, baik secara material maupun spiritual, berupa gaji dan fasilitas lainnya untuk memperoleh kehidupan yang layak (Drs. Mujiyono dalam setjen.esdm.go.2006).   
Memang opini yang terbentuk di kalangan masyarakat tentang kinerja PNS yang tidak profesional tidak dapat sekonyong-konyong berubah ke arah yang positif. Akan tetapi, melalui pelayanan prima berbasis IQ, EQ, SQ, bisa dijadikan tolok ukur kinerja PNS di mata masyarakat.

PIDATO BULAN BAHASA SILVINA ROHMATINA AL-KHOSY



Meraih Juara 1 Lomba Bulan Bahasa SMP/MTs Tk Kota Pkl Tahun 2009
Asslamualaikum Warakhmatullahi Wabarokatuh
(Mukadimah)
Yang Terhormat Dewan Juri
Yang Kami Hormati Bapak/Ibu Guru Pendamping
Tak Lupa Para Peserta Lomba yang Berbahagia.
            Pertama-tama marilah kita memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya pada kita semua sehingga pada kesempatan kali ini kita dapat bersua dalam acara Lomba Pidato dalam rangka Bulan Bahasa MGMP Bahasa Indonesia Tingkat SMP Kota Pekalongan Tahun 2009.
                        Dewan Juri yang saya hormati …
Perkenankan saya pada kesempatan kali ini menyampaikan uraian pidato tentang Upaya-upaya Menumbuhkan Generasi Sehat yang Terbebas dari Narkoba.
            Narkoba merupakan singkatan dari narkotika dan obat berbahaya. Istilah lainnya adalah Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif). Jenis-jenis narkoba antara lain : heroin, morfin, ganja, putaw, kokain, shabu-shabu, ektasy, dan sebagainya.
            Semua jenis narkotika mengacu pada sekelompok zat yang umumnya menimbulkan resiko kecanduan bagi penggunanya. Obat-obatan ini biasa digunakan untuk kepentingan kedokteran dan dunia pengobatan. Penggunaannya pun harus sesuai dosis yang ditentukan.
            Apabila narkotika digunakan secara bebas dengan dosis yang berlebihan maka siapa pun penggunanya akan mengalami beberapa dampak buruk, diantaranya :
1.      Depresan atau efek tidak sadarkan diri
2.      Halusinogen atau efek berhalusinasi
3.      Stimulant merupakan efek rusaknya syaraf-syaraf manusia akibat organ tubuh terus dipaksa bekerja di luar batas normal, dan
4.      Adiktif atau efek kecanduan.
Keempat dampak tersebut berakibat besar terhadap kelangsungan kesehatan manusia baik secara fisik maupun mental. Ironis memang, sebenarnya sebagian besar masyarakat sudah tahu akan bahaya narkoba, baik itu melalui informasi dari berbagai media maupun dari penyuluhan-penyuluhan tentang narkoba. Akan tetapi, penyebaran narkoba di Indonesia hampir tidak bisa dicegah, baik itu dilakukan oleh pengedar maupun pemakainya.
Bahkan sudah ada pula sanksi hukum yang jelas tetapi peredaran narkoba berskala nasional dari tahun ke tahun semakin meningkat. Yang lebih memprihatinkan lagi ternyata peredaran narkoba semakin meluas di kalangan remaja dan anak-anak.
Lalu bagaimanakah nasib bangsa kita di masa mendatang apabila generasi mudanya terjerumus dalam belenggu narkoba? Padahal maju tidaknya suatu bangsa itu ditentukan oleh sumber daya manusia selaku generasi bangsa yang menjalankan seluruh aktivitas di setiap aspek kehidupan. Keberadaan narkoba mengancam kelangsungan hidup bangsa dan masyarakatnya.
Hadirin yang berbahagia …
Memang tidaklah mudah memerangi peredaran narkoba di negara kita. Ada ungkapan yang menyatakan mencegah lebih baik daripada mengobati. Upaya pencegahan dini dapat diterapkan di lingkungan keluarga melalui penanaman pendidikan moral dan agama oleh orang tua kepada anak-anak mereka sedari kecil.
            Paling tidak melalui pendidikan moral dalam keluarga, generasi muda bangsa memiliki bekal untuk dapat membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk. Mereka dapat menentukan sikap tegas untuk menyatakan “TIDAK” pada narkoba. Say No To Drugs.
            Begitu pula melalui pendidikan agama, diharapkan generasi muda dapat mempertebal keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan bekal iman dan taqwa ini akan membentengi generasi kita dalam menghadapi pengaruh-pengaruh negatif yang berkembang dalam masyarakat. Dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, yaitu dengan jalan Sholat, niscaya kita dapat terbebas dari narkoba. Dalam Al-qur’an dijelaskan bahwa Inna Sholata Tanha Anil Fasyi Wal Munkar, artinya : sesungguhnya sholat itu mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar.
            Selain dalam lingkungan keluarga, sekolah juga harus memberikan pembekalan antinarkoba kepada siswa yang dapat disampaikan selama proses pembelajaran berlangsung. Penting juga dilaksanakannya penyuluhan-penyuluhan maupun kampanye-kampanye antinarkoba untuk menyadarkan masyarakat tentang bahaya narkoba.
            Rekanku para pelajar yang budiman …
Narkoba adalah musuh kita. Jangan pernah kita mencoba-coba berkawan dengan narkoba. Jerat narkoba dapat kita cegah melalui kesadaran yang berasal dari diri kita sendiri. Sekali lagi Say No To Drugs.
Demikianlah uraian pidato yang dapat saya sampaikan kurang lebihnya saya memohon maaf. Bilahi Taufik Wal Hidayah
Wassalamualaikum Warakhmatullahi Wabarokatuh

UPAYA MENUMBUHKAN KADER-KADER KORPRI YANG TERBEBAS DARI BUDAYA FEODALISTIK Oleh : Ernika Sondang SHS, S.Pd.

MERAIH JUARA 1 LOMBA KTI KORPRI TINGKAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008
Budaya feodalistik merupakan penyakit yang sudah terlanjur mengakar kuat dalam diri masyarakat Indonesia. Budaya feodalistik ini cenderung sulit dihilangkan karena mentalitas bangsa terlanjur kehilangan jati diri, tidak berkarakter, dan belum bisa mandiri. Budaya feodalistik kemudian menjadi momok terbesar yang dihadapi aparatur negara yang menjadi abdi negara.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan budaya feodalistik berkembang pesat di kalangan aparatur negara, salah satunya berasal dari latar belakang berbagai budaya kerajaan yang telah dialami beberapa suku bangsa Indonesia di masa lalu.  Pengaruh budaya ketimuran itu menciptakan kungkungan budaya feodalistik semakin membelenggu kuat, terlebih minimnya pendidikan demokrasi menjadikan pola pikir  dan perilaku aparatur negara yang dikenal dengan sebutan PNS itu cenderung lebih mengedepankan hirarki daripada nilai persamaan dan kesamaan.
Pemupukan sikap yang membedakan status semakin banyak  dipraktikan oleh PNS dalam lingkup lingkungan kerja kesehariannya. Tradisi ewuh pakewuh menciptakan pengkultusan antara bawahan terhadap atasan sehingga setiap kegiatan menjadi absah apabila sudah dianggap mendapat restu dari atas atau dari pusat kekuasaan pemerintah.
Setelah mengalami berbagai budaya kerajaan, bangsa kita juga pernah mengalami era penjajahan ratusan tahun lamanya. Paling tidak masa-masa itu berpengaruh kuat pada pembentukan karakter masyarakat yang cenderung pasif dan pasrah. Terlebih pada salah satu orde kepemerintahan, PNS pernah digunakan sebagai alat politik suatu golongan di pemerintahan yang sedang berkuasa. Pada era itu PNS dituntut tunduk dan patuh pada perintah atasan, tanpa boleh memiliki aspiratif sendiri.   
Adapun sikap mengagung-agungkan jabatan maupun pangkat yang menjadi kebiasaan PNS dapat menyebabkan menurunnya prestasi kerja dan keprofesionalannya dalam menjalankan tugas. Bahkan sampai sekarang ini masih ada seleksi kenaikan pangkat/jabatan atau penerimaan pegawai yang berdasarkan selera pimpinan bukan berdasarkan prestasi kerja. Selain itu, PNS menjadi kurang loyal terhadap tugas utama dari organisasi karena masih adanya tradisi Asal Bapak Senang (ASB). Hal itu berakibat pada tanggung jawab terhadap tugas yang diembannya sebagai pelayan masyarakat menjadi terabaikan.
Di satu sisi PNS memiliki peranan yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Apabila PNS tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik maka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan itu sendiri akan terhambat. Hal tersebut berakibat akan sulit terciptanya penyelenggaraan negara yang baik (Good Governance). Selain itu, KORPRI yang merupakan wadah organisasi yang menaungi PNS akan dianggap kurang berhasil dalam mewujudkan Visi dan Misinya yang terangkum dalam Paradigma Baru KORPRI yang Profesional, Netral, dan Sejahtera.
Dengan demikian, KORPRI tidak berhasil membawa seluruh Pegawai  Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan utama yaitu meningkatkan perjuangan, pengabdian, serta kesetiaan kepada cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk itu perlu adanya upaya-upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan kader-kader  KORPRI yang terbebas dari budaya feodalistik menuju Paradigma Baru KORPRI yang Profesional, Netral, dan Sejahtera.       
Upaya-upaya yang dapat Dilakukan untuk Menumbuhkan Kader-kader KORPRI yang Terbebas dari Budaya Feodalistik Menuju Paradigma KORPRI yang Profesional, Netral, dan Sejahtera, antara lain : meninggalkan paradigma lama, meningkatkan budaya kerja melalui wadah organisasi yang kokoh, pelayanan prima berbasis manajemen perkantoran yang modern.


1.    Meninggalkan Paradigma Lama
Memang mengubah nilai-nilai sikap dan perilaku yang sudah terlanjur mengakar kuat dalam wujud budaya itu cukup sulit dipraktikan. Apalagi pada salah satu orde yang lalu tercermin KORPRI cenderung bermain dengan kekuasaan. Hal itulah yang menyebabkan paradigma lama berkembang pesat di tengah-tengah masyarakat bahwa KORPRI lebih banyak memberikan pelayanan kepada anggota KORPRI saja bukannya  memberikan pelayanan kepada masyarakat (www.bangrusli.net.2006).
Bagi PNS itu sendiri sangatlah perlu mengubah pola pikir dan sikap feodalistik mereka untuk lebih bisa bersikap terbuka, adil, profesional, netral, demokratis, dan bermoral tinggi. Tradisi warisan leluhur yang bersifat feodal perlu diubah, seperti misalnya sikap sendiko dhawuh, pasrah, dan kebiasaan bekerja menunggu pengarahan dari atasan. Ada pula sikap ewuh pakewuh, tunduk manut sing ndhuwuran, pengkultusan pimpinan, asal bapak senang, dan masih banyak lagi slentingan istilah yang dipergunakan sebagai sindir-sindiran atas kinerja PNS selama ini.
Budaya feodalistik yang melekat pada diri dan kinerja PNS telah menciptakan robot-robot negara yang bergerak sesuai perintah tombol remote control. Robot-robot itu bergerak dalam komunitas sosial mereka dengan kaku, kolot, bahkan tidak lagi memiliki hati nurani. Mereka membuat tingkatan sosial tersendiri sehingga sering bersikap arogan terhadap komunitas di bawah strata sosial mereka.  
PNS dalam paradigma baru yang memiliki visi dan misi baru dituntut profesional, netral, dan sejahtera. Profesional artinya anggota KORPRI harus menguasai bidang tugas atas dasar keterampilan dan ilmu pengetahuan yang terkait, serta bekerja sesuai peraturan perundangan dan nilai-nilai moral. Netral dimaksudkan anggota KORPRI tidak memihak pada salah satu kelompok partai politik  tertentu, menggunakan hak sesuai hati nuraninya dalam pemilihan umum dan tidak diskriminatif di dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Adapun sejahtera dimaksudkan bahwa anggota KORPRI memperoleh imbalan yang pantas, baik secara material maupun spiritual, berupa gaji dan fasilitas lainnya untuk memperoleh kehidupan yang layak (Drs. Mujiyono dalam setjen.esdm.go.2006).    
2.        Meningkatkan Budaya Kerja Melalui Wadah Organisasi yang Kokoh
Budaya kerja adalah salah satu komponen kualitas manusia yang sangat melekat dengan identitas bangsa dan menjadi tolok ukur dasar dalam pembangunan. Budaya kerja dapat ikut menentukan integritas bangsa dan menjadi penyumbang utama dalam menjamin kesinambungan kehidupan bangsa. Budaya kerja ini sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai yang dimilikinya terutama falsafah bangsa yang mampu mendorong prestasi kerja yang setinggi-tingginya.
Wahana budaya kerja yang perlu ditingkatkan para PNS adalah kerja keras, ulet, disiplin, produktif, tanggung jawab, motivasi, manfaat, kreatif, dinamis, konsekuen, konsisten, responsive, mandiri, makin lebih baik, dan lain-lain (Drs. Tri Guno dan Drs. Gering dalam bukunya Budaya Kerja Organisasi Pemerintah , 2006 : 8-9). Melalui wadah organisasi yaitu KORPRI yang kokoh diharapkan PNS mampu menyatukan aspirasi, memperjuangkan cita-cita dan hak-hak melalui persamaan konseptual dalam hal Visi dan Misi menuju Paradigma Baru KORPRI yang Profesional, Netral, dan Sejahtera. Paling tidak tingginya budaya kerja yang dimiliki PNS didukung  organisasi yang kokoh merupakan modal utama PNS untuk mampu lepas dari budaya feodalistik yang selama ini membelenggu.
3.        Pelayanan Prima Berbasis Manajemen Perkantoran yang Modern
Pelayanan prima merupakan terjemahan dari istilah “Excellent Service” atau disebut juga pelayanan terbaik yang sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki oleh instansi yang memberikan pelayanan. Pelayanan prima dapat juga dikatakan pelayanan yang berkualitas, yaitu pelayanan yang tepat, menyenangkan, tidak mengandung unsur kesalahan, serta mengikuti prosedur yang ditetapkan. Pelayanan prima ini tidak hanya ditentukan oleh pihak yang melayani tetapi juga pihak yang ingin dipuaskan ataupun dilayani kebutuhannya (Sutopo dan Suryanto dalam bukunya Pelayanan Prima, 2006 : 17).
Pelayanan prima ini erat kaitannya dengan manajemen perkantoran yang modern. Manajemen perkantoran modern mempunyai ciri-ciri memiliki bangunan dan tata ruang yang baik, menggunakan alat dan perlengkapan termasuk mebeler yang tepat; para pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya berdisiplin, profesional, memiliki sikap dan cara berpikir serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman. Kantor modern juga mendayagunakan biaya, menerapkan tata laksana yang demokratis, efektif, produktif, berkeadilan, dan perlakuan manusiawi (Soetrisno dan Renaldi dalam bukunya Manajemen Perkantoran Modern, 2006 : 11).
Melalui manajemen perkantoran yang modern ini diharapkan pelayanan yang diberikan PNS tidak lagi berkesan lamban dan diskriminatif. PNS dalam memberikan pelayanan lebih kompeten karena didukung kelengkapan fasilitas yang menggunakan sistem teknologi yang sesuai dengan perkembangan zaman. Selain itu, pelayanan yang diberikan mampu menghargai dan memuaskan individu yang diberikan pelayan tanpa melihat status sosial mereka. Pada akhirnya,  kesan feodalnya pun sudah mulai ditinggalkan.
Budaya feodalistik merupakan penerapan nilai-nilai sikap dan perilaku yang sudah berlangsung lama dan diwariskan secara turun menurun. Tentunya, untuk menciptakan lingkungan KORPRI yang benar-benar terbebas dari  budaya tersebut tidaklah mudah. Bahkan terkesan tidak mungkin bisa hilang seratus persen. Namun, setidaknya budaya feodalistik itu bisa diminimalkan demi tercapainya lingkungan KORPRI dalam lingkup Paradigma Baru yang Profesional, Netral, dan Sejahtera.









DAFTAR PUSTAKA

Bang  Rusli.  2006.  http ://www.bangrusli.net. Diakses   pada   tanggal  27 November
      2008. Hut KORPRI ke-35 Anggota KORPRI dituntut Profesional dan Netral.
Mujiyono, Drs. 2006. http ://setjen.esdm.go. Diakses pada tanggal 27 November 2008.
      KORPRI Paradigma Baru, Sosialisasi kepada Anggota dapat Meningkatkan Kinerja.
Soetrisno, M.Psi, Drs.,  dan  Renaldi,  Ir.  Brisma.  2006.  Manajemen   Perkantoran
      Modern. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
Supriyadi, M.M., Drs. Gering dan Drs. Tri Guno, LLM. 2006. Budaya Kerja Organisasi
      Pemerintah. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
Sutopo,  MPA, Drs.,  dan Suryantoro, M.Si.,  Drs. Adi.  Pelayanan  Prima.  Jakarta :
      Lembaga Administrasi Negara.

NASKAH PIDATO NILTA ROYANA


Meraih Juara 1 Lomba Berpidato dalam Rangka Bulan Bahasa SMP/MTs Kota Pekalongan Tahun 2008


Assalamualaikum Wr. Wb


Yth Dewan Juri, Guru Pendamping
Tak lupa para peserta lomba yang berbahagia.

Pertama-tama marilah kita memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini saya dapat bersua dengan para hadirin dalam keadaan sehat wal afiat. Tak lupa shalawat serta salam senantiasa kita curahkan pada junjungan besar kita Nabi Muhhamad SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya di hari akhir nanti Amien, Amien Ya Robal Alamien.

Perkenankan kali ini saya menyampaikan pidato  yang berjudul Dampak Internet Sebagai Madu dan Racun bagi Pelajar.

Dunia internet tidak asing lagi bagi pelajar. Bahkan sekarang ini internet mulai merambah ke daerah-daerah terpencil, menyentuh sisi ketidaktahuan pelajar di sana agar  sepadan dengan pelajar di kota yang telah terbiasa berkawan dengan internet.

Hadirin sekalian …
Berkawan dengan internet tidaklah mudah. Bisa jadi pelajar yang sama sekali belum tahu mengoperasikan internet dapat dengan mudah mengasah keterampilannya berinternet dalam waktu yang singkat. Namun, yang dimaksudkan berkawan itu tidak sekedar bisa tetapi juga tepat dalam memanfaatkannya.

Memang tidak kita pungkiri bahwa fasilitas-fasilitas dalam internet dapat berguna untuk memperkaya khasanah dunia pengetahuan kita. Kita menjadi lebih pandai, lebih kaya ilmu dengan internet. Internet dapat kita ibaratkan ladang pengetahuan yang tak akan pernah kering. Internet selalu menyajikan hal-hal baru sesuai dengan perkembangan zaman yang berlaku.

Sayangnya melalui internet pulalah pelajar bisa terjerumus dalam ladang dosa, ladang kemaksiatan. Bermula dari mencoba-coba membuka situs-situs porno yang marak mewarnai khasanah dunia internet kita. Berlanjut menjadi candu. Mereka mencoba-coba meniru-niru apa yang tersaji dalam internet tersebut. Hingga terciptalah pergaulan bebas, hubungan seks di luar nikah, kehamilan di usia remaja, bahkan tindakan kriminal pemerkosaan dan perzinahan di kalangan pelajar. Pada akhirnya apa yang pelajar dapatkan dari kegemarannya berkawan dengan internet melalui cara yang salah itu? Putus sekolah, berurusan dengan hukum, dan masa depan menjadi berantakan.


Untuk itulah perlu adanya kesadaran bagi pelajar dalam memanfaatkan fasilitas internet untuk dunia mereka, dunia remaja yang berlangsung dalam suatu proses pendidikan yang dinamis, melaui pengokohan filter dalam diri mereka tentang batasan baik dan buruk. Meskipun pemerintah sendiri telah berupaya melakukan blokir dan larangan beroperasinya sejumlah situs-situs porno tersebut, tetap saja dalam praktiknya masih banyak pelanggaran-pelanggaran yang terjadi..


Yang terpenting dan utama dalah filter yang berasal dari diri pelajar itu sendiri. Sedangkan filter yang dimaksud dapat dibangun melalui penanaman pendidikan moral sedini mungkin, peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME—Allah SWT, pengendalian diri, dan memahami batasan baik dan buruk.

Sesuai dengan firman Allah dalam Surat  Al Jaatsiyah ayat 15, yang berbunyi:




Artinya : Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan maka itu akan menimpa dirinya sendiri. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.

Rekanku Para Pelajar yang Budiman …
Pergunakanlah internet dengan sebaik-baiknya sebab internet kapan saja bisa menjadi madu dan racun bagi kita.

Demikian sekilas uraian pidato yang dapat saya sampaikan. Apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan saya memohon maaf.

Usikum Wanafsi Bitakuallah, Wassalamualaikum Wr.Wb.

STUDI EKSPLORASI BETERNAK AYAM ARAB DI DUSUN SONTEL, DESA LEGOKKALONG, KEC. KARANG ANYAR, KAB. PEKALONGAN SEBAGAI ALTERNATIF PELUANG USAHA POTENSIAL BAGI MASYARAKAT KOTA PEKALONGAN PENYUSUN : WIWIT FITRIA, ICHSANI ALFINA, IKRILLAH KHOIRUNISA




6 BESAR LPIR TK. PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010
BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Masalah
            Kota Pekalongan populer dengan sebutan Kota Batik. Hal itu dikarenakan sebagian besar mata pencaharian panduduknya adalah di bidang batik. Banyak pebisnis-pebisnis di kota besar memesan batik dari produsen di Kota Pekalongan.
       Kota Pekalongan yang terletak di pesisir utara Jawa juga mengandalkan kelangsungan hidup penduduknya dari hasil perikanan di laut Jawa. Selain itu, sektor perdagangan maupun pertanian menjadi alternatif lain penunjang ekonomi masyarakat Kota Pekalongan.
Sebenarnya banyak peluang usaha yang dapat dijadikan sumber penghasilan masyarakat Kota Pekalongan. Namun, peluang-peluang usaha yang selama ini diminati masyarakat Kota Pekalongan cenderung monoton. Mereka lebih banyak berebut rezeki melalui peluang usaha yang sudah diminati oleh banyak orang di Kota Pekalongan, misalnya batik. Semakin padat sebuah peluang usaha diminati masyarakat, semakin padat pula persaingannya.
Adanya monopoli  industri batik oleh beberapa produsen pendatang yang memiliki modal besar telah menyingkirkan produsen-produsen pribumi yang bermodal pas-pasan. Demikian halnya pada sektor perdagangan, peluang ini juga menjadi milik pendatang keturunan yang lebih mapan dari aspek modal dan strategi penjualan. Lalu apa yang tersisa bagi warga pribumi asli di Kota Pekalongan?
       Sebenarnya ada sebuah peluang usaha yang potensial, seperti yang dilakukan oleh Pak Tubo warga Dusun Sontel, Desa Legokkalong, Kec.Karanganyar, Kab.Pekalongan yang menggeluti usaha peternakan ayam arab sebagai pekerjaan sampingan selain menjadi seorang petani. Hal itu dikarenakan Pak Tubo tidak bisa menggantungkan hidupnya hanya dari hasil bertani yang panen setiap 4 bulan sekali. Dari beternak ayam arab tersebut, Pak Tubo dapat menyejahterakan ekonomi keluarganya.
            Walaupun Pak Tubo telah mengalami pasang surut dalam usahanya tersebut, tetapi beliau tetap ulet menekuni usaha peternakan ayam arab. Khususnya pada saat mewabahnya virus flu burung, usaha Pak Tubo sempat mengalami penurunan drastis. Akan tetapi, berkat ketekunan dan kesabarannya, peternakan ayam arabnya mulai bangkit dari keterpurukan dan sekarang usahanya sudah mulai stabil dan produktif kembali. Hal itu dikarenakan beternak ayam arab sangatlah mudah perawatannya dan lebih menguntungkan, serta hasilnya dapat menunjang kesejahteraan keluarganya.
1.2         Rumusan Gagasan Kreatif dan Inovatif
            Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin memaparkan suatu wujud gagasan kreatif dan inovatif tentang peluang usaha beternak ayam arab sebagai penunjang peningkatan kesejahteraan keluarga bagi masyarakat Kota Pekalongan melalui studi eksplorasi yang dilakukan ke sebuah peternakan milik Pak Tubo yang terletak di Dusun Sontel, Desa Legokkalong, Kecamatan Karang Anyar, Kabupaten Pekalongan.
Gagasan kreatif yang ingin dipaparkan pada karya tulis ini mengacu pada kelebihan-kelebihan yang dapat diperoleh melalui peluang usaha beternak ayam arab, diantaranya : produktivitas telurnya, dagingnya bisa dikonsumsi/dikomersilkan, serta kotoran ayamnya pun dapat bermanfaat.
                   Adapun gagasan inovatifnya adalah bahwa peluang usaha beternak ayam arab masih jarang ditekuni oleh masyarakat Pekalongan. Kebanyakan masyarakat Pekalongan menekuni bidang batik ataupun berdagang. Oleh karena itulah, beternak ayam arab tergolong peluang usaha baru yang lebih menjanjikan bagi masyarakat Kota Pekalongan.
1.3    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah :
     Memberikan pemaparan beternak ayam arab sebagai bahan pertimbangan peluang usaha yang potensial dan dapat  meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga, khususnya bagi masyarakat Kota Pekalongan.
1.4    Manfaat Penulisan
     Manfaat dari karya tulis ini sebagai wacana pengetahuan tentang peluang usaha beternak ayam arab yang dapat menunjang kesejahteraan keluarga, khususnya bagi  masyarakat Kota Pekalongan.

BAB II
TELAAH PUSTAKA

1.1         Studi Eksplorasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2007 : 32) studi eksplorasi adalah studi atau penelitian yang bertujuan untuk menggali informasi. Dengan penelitiannya itu peneliti memang hanya ingin mengadakan penjajakan mengenai status sesuatu, bukan ingin mengembangkan. Hal itu bertujuan agar orang lain dengan cepat dapat tahu apa yang akan atau sedang dilakukan.
     Data yang dikumpulkan dalam studi eksplorasi dapat menggunakan berbagai teknik, antara lain observasi atau wawancara. Tipe data yang dikumpulkan dalam penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data yang dikumpulkan dalam studi ini, peneliti dapat  mengembangkan  teori baru  atau  hipotesis  ataupun    teori yang perlu diuji  melalui  penelitian-penelitian  berikutnya   (Sri   Lastansi, SE, Ak, M.Si. : 2008).
1.2         Asal-usul Ayam Arab
Di Eropa dikenal beberapa jenis ayam kampung petelur unggul, antara lain bresse di Prancis, hamburg di Jerman, friesian di Belanda, dan braekels di Belgia. Di antara beberapa jenis  ayam kampung itu, ayam braekels adalah ayam kampung petelur introduksi yang paling dikenal di Indonesia, karena cikal bakal ayam arab ini sudah lebih dari 12 tahun masuk ke Indonesia (Wawan Darmawan dan Maloedyn Sitanggang : 2007).
2.3    Penyebaran Ayam Arab di Indonesia
       Ayam arab pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Arab Saudi. Di negeri kaya minyak ini, ayam arab dari jenis silver breakels dijadikan sebagai ayam hias. Salah seorang TKI asal Malang, Jawa Timur, berhasil membawa anak ayam arab silver tersebut sebanyak 4 ekor. Kemudian, ayam itu dibesarkan dan diumbar di pekarangan rumahnya, sehingga ada yang kawin dengan ayam kampung lokal. Hal ini menyebabkan produksi telur lebih tinggi dari pada ayam kampung lainnya.
Ayam arab yang ada sekarang hasil kawinan silang dengan ayam kampung lokal. Strain asli ayam arab yang dikembangkan di Indonesia adalah ayam arab silver. Jika kemudian muncul ayam arab berwarna kuning emas kemerahan (gold), itu adalah hasil mutasi atau penyimpangan gen, karena di Belgia, ayam breakels memang terdiri dari dua warna, yakni gold (emas) dan silver (perak).
Menurut beberapa sumber, nama ayam arab karena ayam ini tampak seperti memakai jilbab. Sementara itu sumber lain menyebutkan bahwa ayam ini berasal dari Arab Saudi sehingga dinamakan ayam Arab Negara (Wawan Darmawan dan Maloedyn Sitanggang : 2007).
2.4  Unsur-unsur Pendukung dalam Beternak Ayam Arab
2.4.1             Aspek Sosial Ekonomi
Usaha peternakan ayam arab skala komersial harus mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi. Faktor sosial yang perlu diperhatikan antara lain lokasi peternakan. Lokasi tersebut harus berjauhan dengan pemukiman dan sedapat mungkin berada di lokasi yang diperuntukan, karena bau kotorannya akan mengganggu penduduk di sekitar lokasi peternakan. Jika kondisi ini dipaksakan, akan berdampak buruk, sehingga menyebabkan kerugian bagi para peternak sendiri.
Faktor ekonomi yang dikembangkan adalah perlunya melibatkan sumber daya alam yang dapat mendukung usaha, baik berupa kedekatan dengan sumber pakan, pasar, maupun pemanfaatan sumber daya manusia di sekitar lokasi peternakan. Lokasi peternakan yang berdekatan dengan persawahan atau tempat penggilingan padi sangat disarankan karena bahan makanan mudah diperoleh. Sementara itu, dukungan lokasi terhadap kemudahan transportasi akan mendukung mobilitas produksi dan pemasaran, apalagi jika usaha tersebut berdekatan dengan sumber pemasaran sehingga tidak perlu lagi memikirkan biaya transportasi yang terlalu besar (Wawan Darmawan dan Maloedyn Sitanggang : 2007).
2.4.2             Perkandangan
a.     Fungsi kandang
o   Melindungi ayam dari terpaan sinar matahari, angin, binatang pengganggu, dan air hujan
o   Memudahkan pemeliharaan, pengendalian penyakit, dan penyelesaian
o   Sebagai tempat berproduksi dan reproduksi.
b.    Persyaratan Kandang
o   Lokasi kandang harus berada di daerah terbuka, cukup memperoleh sinar matahari pagi, dan terlindung dari terpaan angin dan hujan secara langsung
o   Tanah padat dan berpasir, bersih, kering, tidak lembab, dan letaknya lebih tinggi dibandingkan dengan tanah di sekitarnya
o   Jauh dari keramaian, jauh dari lokasi, dan tidak dilalui kendaraan pabrik
o   Jarak ideal antara lokasi kandang dan lokasi rumah adalah 5-10 meter, jarak antar kandang minimal 5 meter, dan jarak antar kelompok kandang minimal 10 meter.
c.     Jenis-jenis kandang
1.      Kandang Postal
Di dalam kandang postal, ayam dipelihara secara berkelompok. Kebutuhan pakan dan minum disediakan sepenuhnya oleh peternak. Sistem ini sangat efektif untuk pembesaran ayam dalam jumlah banyak dengan umur rata-rata yang sama. Para peternak ayam arab, biasanya menggunakan kandang ini untuk pembesaran DOC dan anak ayam.
Lebar maksimum kandang postal yang umum digunakan adalah 5 meter, panjang tidak terbatas, dan tinggi 3 meter. Umumnya, lantai kandang menggunakan litter dari sekam (kulit gabah) dicampur serbuk gergaji dengan ketebalan 5-10 cm dari permukaan tanah. Anak ayam berumur 1-30 hari ditempatkan di dalam kandang postal dengan  kepadatan 50 ekor/m2. Anak ayam berumur 31-60 hari  kepadatan tebar  idealnya adalah 25 ekor/m2. Sementara itu, kepadatan tebar untuk anak ayam berumur 61-240 hari adalah 10 ekor/m2.
2.      Kandang Ren (Umbaran)
Kandang ren merupakan kandang terbuka yang dikelilingi pagar dan dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian beratap dan bagian tidak beratap. Tinggi pagar minimum 2,5 meter untuk menghindari gangguan hewan atau manusia. Bagian yang beratap memiliki tempat bertengger dan bertelur dengan kepadatan tebar 8 ekor/m2. Bagian yang tidak beratap digunakan sebagai tempat bermain ayam. Bagian peralatan memiliki kepadatan 3-5 ekor/m2. Kandang ini sangat ideal sebagai tempat pembesaran ayam dara. Lantai di kandang tertutup dan harus dibuat lebih tinggi supaya air hujan tidak masuk ke dalam kandang. Agar tidak lembap, kandang harus dilapisi litter (alas kandang berupa campuran pasir, kapur, jerami kering, atau sekam) dengan takaran seember pasir, 2 gelas kapur, dan sekarung sekam untuk setiap 3 m2.
3.        Kandang Baterai (Cage atau Individu)
Di dalam kandang baterai, ayam ditempatkan secara soliter (sendiri atau individu) di dalam kotak yang disusun berderet atau bertingkat. Umumnya, setiap kotak memiliki lebar 25 cm, panjang 40 cm, dan tinggi 35 cm. Dinding kandang baterai biasanya terbuat dari bilahan bambu. Rangkanya terbuat dari kayu reng dan penguat dudukannya terbuat dari kayu kaso. Bahan lain yang bisa digunakan adalah kawat yang tebal.
Kandang baterai juga dikenal sebagai kandang intensif. Karena ukurannya sempit, ayam yang berada di dalam kandang baterai tidak banyak bergerak, sehingga energinya banyak digunakan untuk metabolise dan menghasilkan telur.
Keuntungan menggunakan kandang baterai adalah telur lebih bersih, kanibalisme pada ayam tidak terjadi, konsumsi ransum bisa diberikan secara merata, kesehatan ayam yang lebih terjamin, dan ayam lebih mudah dikontrol. Sementara itu, kerugian menggunakan kandang baterai adalah biaya pembuatannya lebih mahal dan ayam mudah terserang penat dan kelumpuhan (Wawan Darmawan dan Maloedyn Sitanggang : 2007).
2.4.3             Pemeliharaan Kandang
Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara (http://www.ristek.go.id).
2.4.4        Vaksinasi
Vaksinasi mutlak diberikan kepada ayam arab petelur. Proses vaksinasi yang biasa dilakukan meliputi beberapa hal sebagai berikut:
-         vaksinasi diberikan dengan cara penyuntikan atau penetesan
-         Umumnya, vaksin hidup pada suhu 5 – 120 C. karena itu, sebelum digunakan, vaksin sebaiknya disimpan di dalam lemari pendingin, agar tidak rusak atau mati. Jika tidak memiliki lemari pendingin, bisa menggunakan es balok atau termos es.
-         Peralatan yang akan digunakan harus diseterilkan dengan desinfektan, jika perlu dicuci dengan air panas mendidih.
-         Hindari pemberian vaksin pada siang hari yang panas. Yang terbaik adalah memberikan vaksin pada sore, pagi, atau malam hari agar udara yang panas tidak merusak vaksin.
-         Vaksin diberikan kepada ayam yang sehat. Sebelum vaksin diberikan, ayam harus diberi makan terlebih dahulu.
Tabel jenis vaksin yang dianjurkan dan tahap aplikasinya
Jenis Vaksin
Minggu Ke-
1
2
3
4
5
6
7
9
12
14
16
18
22
GD (Gumboro)
ND (Tetelo)
IB (Batuk ayam)

x
x

x


x
x


x



x




x

x
(Wawan Darmawan dan Maloedyn Sitanggang : 2007)